36 research outputs found

    Bio-physicochemical Markers of the Aedes Aegypti Breeding Water in Endemic and Non-endemic Area

    Get PDF
    The survival of Aedes aegypti larvae is inseparable from the adequacy of food, including organic substances available in the breeding water. It is very dependent on the level of water markers such as temperature, salinity, Dissolved Oxygen, and pH. The study used quantitative observational analytic with a case-control study design. Case group has consisted of breeding water in endemic area and control group was in non-endemic area. The sample size was 43 samples for each group, collected by purposive sampling technique. Data were analyzed by Chi-square and Mann-Whitney test. Larvae mostly presence in endemic area (68.3%) and mostly absent in non-endemic area (85.4%) (p-value = 0.002). Temperature in endemic area mostly in 27-30oC (86%) and non-endemic area mostly in <27oC or >30oC (72.1%) (p-value = 0.000). Salinity in endemic and non-endemic areas has no difference (p-value = 0.266). DO in endemic areas were mostly in 5.02-7.82 mg/l (76.7%). While DO in non-endemic area was mostly in <5.02 mg/l or >7.82 mg/l (95.3%) (p-value = 0.001). The pH <6 or >7.8 is mostly in non-endemic areas (87.8%) and pH 6-7.8 is mostly in endemic areas (63.4%) (p-value = 0.000). Bio-physicochemical markers of breeding sites water have differences between endemic and non-endemic area except salinity. The temperature, salinity, DO, and pH affected the presence of larvae and the most affected is DO marker. While the marker that affected the presence of larvae in the non-endemic area is pH

    Identification of Endoparasites in Rats of Various Habitats

    Full text link
    Background: Rat is an animal living around people. It is a risk factor for several types of zoonotic diseases. The aims of this study were to determine the rat species from various habitats including houses, gardens, rice fields, and traditional market from a district in Central Java province and to identify endoparasites that infected the liver, stomach, intestine and caecum of these rats.Methods: The rats were caught in three sub districts in Central Java from July to October 2012. The study was analysis descriptively by describing the species of rats and endoparasites.Results: Rat species caught were Rattus tanezumi, R. exulans, R. tiomanicus, R. argentiventer, R. norvegicus and Suncus murinus. Endoparasites that infected the liver were Capillaria hepaticaand Cystycercus Taenia taeniaeformis. Endoparasites infecting the stomach wereMastophorussp. and Gongylonema neoplasticum. Nippostrongylus brassilliensis, Hymenolepis diminuta, Hymenolepis nana, Moniliformissp. and Echinostomasp. were endoparasites found in the intestinal tract. Syphacia muris was found in the caecum. No endoparasite species were found in multiple organs.Conclusion: Zoonotic endoparasites were Capillaria hepatica, Gongylonema neoplasticum, Hymenolepis diminuta, Hymenolepis nana andSyphacia muris. Each endoparasite infected a spesific organ. (Health Science Indones 2014;1:49-53

    Schematic Representation: How Students Creating IT?

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses terbentuknya representasi skematis murni dan representasi skematis campuran yang diciptakan oleh siswa selama menyelesaikan word problem. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriprif. Dalam penelitian ini melibatkan 45 siswa kelas 8. Sedangkan untuk memilih subjek tidak dipilih secara acak, namun dipilih berdasarkan kemampuan siswa dalam menciptkan representasi skematik. Pengumpulan data dilakukan dengan meminta siswa untuk menyelesaikan Tugas Pemecahan Masalah secara think aload, yaitu siswa diminta untuk menyuarakan apa yang dipikirkannya. Selain itu siswa juga menuangkan pikirannya mengunakan kertas dan pensil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses representasi skematis murni diciptakan siswa dengan membuat gambar skema berupa garis besar dari masalah dan dilengkapi dengan beberapa keterangan pokok yang ada dalam masalah. Sedangkan proses representasi skematis campuran diciptakan siswa dengan membuat gambar skema yang dilengkapi dengan keterangan-keterangan dan gambar nyata yang sesuai dengan situasi dalam masalah. Kedua jenis representasi skematis ini sangat efektif dalam membantu siswa dalam menyelesaikan word problem

    Implementasi Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi dan Karakter Guru Matematika Kota Metro

    Full text link
    Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi dan karakter guru matematika melalui lesson study. Lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan USAha yang dilakukan dalam meningkatkan empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru matematika dan karakter melalui lesson study. Kegiatan lesson study ini dilaksanakan di SMA N 2 Metro dengan subjek guru mata pelajaran matematika. Kompetensi guru matematika yang ingin ditingkatkan antara lain: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Untuk melihat peningkatkan kemampuan guru matematika dalam menguasai keempat kompetensi tersebut dalam penelitian ini dilakukan observasi. Hasil observasi tersebut yang akan menjadi bahan evaluasi untuk merencanakan kegiatan berikutnya. Selain itu dengan adanya peningkatan pada kompetensi guru matematika maka diharapkan adanya peningkatan karakter pada guru. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan penerapan lesson study dapat meningkatkan kompetensi dan karakter guru matematika di SMA N 2 Metro. Kompetensi yang dimiliki oleh guru matematika di SMA N 2 Metro rata-rata baik. Hal tersebut berdasarkan indikator pengamatan, empat kompetensi yang harus dimiliki oleh setip guru telah di miliki oleh semua guru matematika di SMA N 2 Metro. Dengan dua siklus yang dilaksanakan, kegiatan lesson study dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kompetensi dan karakter guru matematika

    Pengembangan Drainase Sistem Polder Sungai Sringin Kota Semarang

    Full text link
    Banjir yang terjadi di Kawasan Sungai Sringin khususnya Kawasan Industri Terboyo dan Kawasan permukiman Dukuh Ngilir Kelurahan Trimulyo Kecamatan Genuk diakibatkan oleh genangan pasang surut air laut (rob) serta limpasan air hujan. Daerah hilir Sungai Sringin mempunyai elevasi lahan lebih rendah dari muka air pasang, hal ini mengakibatkan air sungai tidak mampu mengalir secara gravitasi sehingga penanganan banjir yang tepat untuk kawasan Sungai Sringin adalah menggunakan sistem polder (non-gravitasi). Sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan cara mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area) terhadap masuknya air dari luar sistem. Komponen sistem polder meliputi tanggul, kolam retensi, sistem pompa dan pintu, serta perbaikan drainase saluran induk Sungai Sringin. Luas kolam retensi 17,795 hektar dengan kedalaman 3,5 meter. Jenis pompa yang digunakan adalah gate pump berjumlah 8 buah, terdiri dari empat buah masing-masing 10 m3/detik dan empat buah masing-masing 2,5 m3/detik. Gate pump yang digunakan adalah pintu tipe sliding gate berjumlah enam buah pintu dengan lebar masing-masing pintu tiga meter. Perbaikan penampang sungai dengan rencana lebar sungai 30 meter pada hilir saluran dan 28 meter pada hulu saluran. Perkuatan dinding sungai direncanakan dengan dinding penahan tanah pasangan batu kali. Dinding laut (revetment) direncanakan di garis pantai untuk mengisolasi air laut agar tidak masuk ke dalam sistem polder. Total rencana anggaran biaya yang diperlukan dalam Pengembangan Drainase Sistem Polder Sungai Sringin adalah Rp. 230.210.000,00 (Dua ratus tiga puluh milyar dua ratus sepuluh juta rupiah) dengan lama pekerjaan 22 minggu

    Efek Hair Tonic Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Dan Uji Fitokimianya

    Get PDF
    The aim of this study is to prove whether ethanolic extract of Morinda can increase rabbit hair growth. The secondary metabolites of Morinda which stimulate rabbit hair growth are probably alkaloid, saponin and flavonoid. The extract was made by soxhletation of Morinda used ethanol 96 % as solvent, then it was thickened by water bath. The rabbit back was shaved into 2 cm square box. The first area treated ethanol 96 % as negative control, the second area treated with 12,5 % ethanol extract of Morinda, the third area treated with 25 % ethanol extract of Morinda, the fourth area treated with kina hair tonic as positive control. The measurement of hair growth was done every 3 days for 18 days. The daily average of hair growth was analyzed with anova and continued with Tukey test at 95 % significancy level. The result showed that ethanol extract of Morinda can increase growth of rabbit\u27s hair. Key words: Morinda, soxhletation extract, hair growth, rabbit

    Penggunaan Pendekatan Capital Asset Pricing Model Dan Metode Variance-covariance Dalam Proses Manajemen Portofolio Saham (Studi Kasus: Saham-saham Kelompok Jakarta Islamic Index)

    Full text link
    The great amount of risk arising from stock investment make investors create a portfolio in order to minimize it. To achieve this aim, a portfolio management in which consist of several processes is required. There are three important processes in portfolio management. First, the selection of stocks that will be selected into the portfolio by Capital Asset Pricing Model (CAPM). Second, portfolio optimization by defining the weight of fund allocation for every stock in portfolio by Mean Variance Efficient Portofolio (MVEP), and third, estimating the risk of the optimal portfolio by Variance-Covariance. There are seven stocks picked into portfolio through the research done by Jakarta Islamic Index (JII) group, where the biggest fund allocation given to stock of EXCL (PT XL Axiata, Tbk) and the smallest fund allocation given to stock of ITMG (PT Indo Tambangraya Megah, Tbk). The amount of loss that estimated on 95% confidence level is 2,65% from initial capital invested on stock portfolio during one day holding period after portfolio were created

    Sistem Pakar Diagnosa Penyakit pada Burung Kenari dengan Metode Certainty Factor

    Full text link
    Burung kenari banyak diminati, maka dalam pemeliharaannya diperlukan informasi yang tepat. Salah satu informasi yang diperlukan adalah solusi penanganan terhadap penyakit burung kenari. Saat ini solusi penanganan penyakit hanya didapatkan dari dokter hewan sehingga untuk mempermudah pemilik burung kenari mendapatkan informasi diagnosa penyakit dan solusi penyakit pada burung kenari.Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan sebuah sistem pakar diagnosa penyakit pada burung kenari dengan metode Certainty Factor(CF) agar didapatkan keakuratan atau ketepatan perhitungan dalam mendiagnosis gejala penyakit pada burung kenari. Sistem ini dikembangkan dengan menganalisis gejala-gejala penyakit yang diinputkan kemudian diolah dan diperhitungkan dengan CF. Hasil diagnosa sistem menampilkan penyakit yang diderita burung kenari dan memberikan solusi pada penyakit dengan nilai prosentase certainty factor terbesar

    Pemodelan Kasus Kemiskinan Di Jawa Tengah Menggunakan Regresi Nonparametrik Metode B-spline

    Full text link
    Poverty is one of the diseases in the economy, so it must be cured or at least reduced. According to BPS (2016), poor people are people who have an average expenditure per capita per month below the poverty line. The poverty line in Central Java in 2016 amounted to Rp 317 348, - per capita per month. In 2016, the average level of poverty in the Java Island, Central Java province placed as the second highest after DIY. Many factors are thought to affect the level of poverty. In this study, the predictor variables used are the rate of economic growth (X1), unemployment rate (X2), and education level above high school to (X3). This study aims to obtain a model of the relationship between the factors that affect poverty on the percentage of poor and calculate the predictions. The method used is B-spline nonparametric regression. Nonparametric approach are used if the function of previous data is unknown. The best B-spline model depends on the determination of the optimal knots point having a minimum Generalized Cross Validation (GCV). In this study, the best B-spline model obtained when the order of X1is 2, the order of X2 is 2, and the order of X3 is 2. The knots obtained in X1 at the point 4,51273, X2 at the point 3,60626, and X3 at point 11,4129 and 16,2481 with GCV value of 9,79353
    corecore